Materi tentang semboyan negara : Bhinneka Tunggal Ika (7 Agustus 2023 / 09.50 - 11.10)

Bangsa Indonesia dan Keragamannya baik dari segi agama, warna kulit, suku bangsa, bahasa, yang kemudian menjadikannya sebagai bangsa majemuk dan berdaulat. Hal ini dapat dilihat dari menuju detik-detik kemerdekaan hampir seluruh anak bangsa yang tergabung dari berbagai suku turut memperjuangkan kemerdekaan.

Para tokoh bangsa sendiri kemudian menyadari tantangan yang harus mereka hadapi karena kemajemukan tersebut. Keberagaman ini kemudian menjadi realitas yang tak dapat dihindari adanya. KeBhinnekaan sebagai sebuah hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa, sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan cita-cita kebangsaan.

Semboyan inilah yang kemudian menjadi jembatan penghubung menuju terbentuknya Negara berdaulat. Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai Bhinneka Tunggal Ika Berikut ini:

A. Arti dan Makna Bhinneka Tunggal Ika

bhinneka tunggal ika

Secara harfiah Kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetap satu jua.  Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan bangsa Indonesia dan tertulis di dalam lambang Garuda Pancasila.

Konsep Bhinneka Tunggal Ika sendiri diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan majapahit di sekitar abad ke-14 M.

Secara etimologi kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang jika dipisah menjadi Bhinneka memiliki makna ragam atau beraneka, Tunggal adalah satu, dan Ika adalah itu.

Sehingga arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetap satu jua. Maknanya, dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia mengakui realitas bangsa yang majemuk (suku, bahasa, agama, ras, golongan dll) namun tetap menjunjung tinggi persatuan.

I Nyoman Pursika (2009) dalam jurnal Kajian Analitik Terhadap Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan keseimbangan antara cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan.

Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme.

Jika pada mulanya Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk menyatakan semangat toleransi keagaaman antara agama Hindu dan Budha. Setelah dijadikan semboyan bangsa Indonesia, konteks “Bhinneka” atau perbedaannya menjadi lebih luas, tidak hanya berbeda agama saja tapi juga suku, bahasa, ras, golongan, budaya, adat istiadat bahkan bisa ditarik kedalam perbedaan dalam lingkup yang lebih kecil seperti perbedaan pendapat, pikiran/ide, kesukaan, hobi.

Bhineka Tunggal Ika sebagai salah satu dari empat pilar kebangsaan, selain Pancasila. UUD 1945, NKRI merupakan sebuah nilai yang harus ditanam dalam setiap warga negara Indonesia yang dibahas pada buku Pancasila.

B. Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal Ika

lambang-pancasila-dalam-kerajaan islam samudera pasai

Pada awalnya, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menunjukan semangat toleransi keagamaan, khususnya
antara agama Hindu dan Buddha.

Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut ter- cantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Terjemahan :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal

Menurut jurnal dari Letkol Czi Dr. Syafril Hidayat, psc, M.Sc tentang Bhinneka Tunggal Ika, dalam buku Bung Hatta Menjawab (1979), Mohammad Hatta menuliskan bahwa usai merdeka, semboyan ini dicantumkan dengan lambang yang dibuat oleh Sultan Abdul Hamid (di Pontianak) dan diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950 sebagai semboyan lambang negara.

Melalui semboyan ini, Indonesia kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bhinneka Tunggal Ika sendiri diteliti pertama kali oleh Prof. H. Kern (1888). Semboyan ini sendiri pada mulanya tertera dalam lontar yang tersimpan di Perpustakaan Kota Leiden (Purusadasanta atau Sutasoma)

Semboyan ini kemudian diteliti kembali oleh Muhammad Yamin di tahun-tahun berikutnya dan kemudian ia tuliskan di dalam bukunya 6000 tahun Sang Merah Putih pada tahun 1954.

Sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika menempuh proses evolusi dan kristalisasi mulai sebelum kemerdekaan, pergerakan nasional 1928 sampai berdirinya negara Republik Indonesia pada tahun 1945.

Setelah dijadikan sebagai semboyan Bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika menjadi pernyataan bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk namun tetap menjunjung tinggi persatuan.

C. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika

Pada dasarnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat penting sebab melambangkan toleransi dan kesatuan.

Mengapa toleransi? Karena toleransi dapat mencairkan perbedaan sehingga tidak ada lagi perpecahan atau konflik. Karenanya keBhinnekaan harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme yang berlandaskan kepada kekuatan spiritualitas. Perbedaan etnis, religi maupun ideologi.

Berikut ini prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kamu ketahui:

1. Common Denominator

Terdapat 5 agama di Indonesia, namun sesuai dengan prinsip pertama Bhinneka Tunggal Ika perbedaan dalam hal keagamaan haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain menemukan persamaan dalam perbedaan sehingga semua rakyat Indonesia dapat hidup rukun berdampingan.

Demikian juga dengan berbagai aspek lain dengan segala perbedaannya di Indonesia, seperti adat dan kebudayaan di setiap daerah. Semua keberagaman adat dan budaya tersebut tetap diakui keabsahannya dengan segala perbedaan yang ada tetap Bersatu dalam Negara kesatuan republik Indonesia.

2. Tidak Sektarian dan Enklusif

Tidak Sektarian dan Eksklusif maksudnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setiap rakyat Indonesia tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa diri atau kelompoknya sebagai yang paling benar dibanding orang atau kelompok lain

Pandangan-pandangan sektarian dan eksklusif harus dihilangkan, karena ketika sifat sektarian dan eksklusif sudah terbentuk, maka akan ada banyak konflik yang terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebih-lebihan serta kurang memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain.

3. Tidak Formalistis

Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dilandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya mempercayai, dan saling rukun antar sesama. Dengan cara tersebutlah keanekaragaman kemudian dapat disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.

4. Bersifat Konvergen

Bersifat Konvergen maksudnya segala keanekaragaman bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi harus dicari titik temu yang dapat membuat segala kepentingan bertemu di tengah. Hal ini dapat dicapai jika terdapat sikap toleran, saling percaya, rukun, non sektarian, dan inklusif di antara masyarakat.

5. Prinsip Pluralistik dan Multikultural

Bhinneka Tunggal Ika mengandung nilai antara lain: toleransi, inklusif, damai dan kebersamaan, serta setara. Nilai-nilai tersebut tidak menghendaki sifat yang tertutup atau eksklusif sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya bangsa dan menghadapi arus globalisasi.

Saling menghormati antar agama, suku bangsa, menghargai hasil karya orang lain, bergotong royong membangun bangsa tanpa memandang perbedaan suku, budaya dan agama, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini dapat menimbulkan konflik serta menjadi sumber awal pemecah persatuan dan kesatuan bangsa.

6. Semangat Gotong-Royong

Semangat gotong-royong tidak melulu tentang bahu-membahu membersihkan lingkungan, atau menjaga keamanan lingkungan sekitar rumahmu. Tapi juga pada semangat gotong-royong dalam melawan hoax atau berita bohong yang kini tersebar dimana-mana atas nama clickbait.

Biasakan untuk memverifikasi data atau berita yang diterima dan ingin disebarkan. Karena jejak digital sangat sulit untuk dihilangkan, pasalanya, setiap harinya, ada ribuah hoax yang menyebar dan siap merusak generasi dan keBhinnekaan negara ini.

D. Fakta-Fakta Menarik Bhinneka Tunggal Ika

Dalam kehidupan bersama, di mana berbagai kepentingan akan bertemu, dan tidak semua kepentingan sejalan, tentu akan mengakibatkan terjadinya gesekan bahkan konflik-konflik sosial. Dalam situasi semacam ini, batas-batas antara hak dan wewenang setiap pihak harus ditetapkan secara jelas, tegas dan proporsional.

Setiap warga Negara kemudian bebas menuntut haknya, namun pada saat yang sama juga wajib menghormati hak yang dimiliki oleh orang lain. Adil sendiri memiliki makna yang tidak memihak, tidak tertutup, dan berkelompok. Sebaliknya berlaku adil atau menghendaki sikap terbuka yang senantiasa menyediakan “ruang” bagi kehadiran orang lain.

Kebiasaan menyapa orang lain adalah bentuk nyata dari mewujudkan sikap adil. Menyapa orang lain (siapa pun) pada hakikatnya adalah tindakan awal membangun jaringan sosial yang akan menjadi kekuatan agar tidak mudah dipecah belah dan diadu domba. Berikut ini beberapa Fakta Mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kamu ketahui:

1. Bersumber dari Lontar Sutasoma

Istilah Bhinneka Tunggal Ika diambil dari Lontar Sutasoma karya Mpu Tantular seorang pujangga yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit dan masih kerabat kerajaan pada masa pemerintahan Raja Rajasanegara. Istilah Bhinneka Tunggal ika sendiri diambil dari salah satu penggalan kakimpoi alias Syair Sutasoma. Berikut bunyinya dalam Bahasa Sansekerta, dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Artinya: Buddha dan Siwa sebagai dua zat yang berbeda namun bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa yang tunggal Berpecah belah lah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

2. Bukan Ciptaan Bung Karno

Dalam buku karangan Mohammad Hatta yang berjudul Bung Hatta Menjawab, dituliskan bahwa Bung Karno Lah yang menciptakan istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, maksudnya bukan Bung Karno yang menciptakan, namun ialah yang mengusulkan ditambahkannya frasa tersebut ke dalam pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda.

Burung garuda sendiri tadinya didesain mencengkeram bendera merah putih namun kemudian diganti dengan pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika yang digunakan sebagai semboyan negara maknanya mempersatukan keberagaman.

Burung garuda sendiri menggunakan perisai, sebagai bentuk tenaga pembangun pada peradaban Indonesia. Burung garuda dari mitologi ini bersanding erat dengan burung elang rajawali. Burung yang terlukis pada beberapa candi, termasuk Dieng, Prambanan dan Penataran.

3. Tersimpan di Perpustakaan Leiden

Dengan eratnya kaitan antara Nusantara dan Belanda. Transkrip Sutasoma kemudian menjadi salah satu arsip yang tersimpan di Perpustakaan Leiden, dengan bait yang mengandung istilah Bhinneka Tunggal Ika tersebut berada pada lembar ke 120 lontar Sutasoma.

4. Bukan Hanya tentang Persatuan Suku

Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya tentang perbedaan suku budaya yang harus disatukan, tetapi juga perbedaan pemikiran. Menurut Sultan Hamid, Soekarno menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan pemikiran federalis dan kesatuan di Republik Indonesia Serikat (nama Indonesia pada saat itu).

E. Bhinneka Tunggal Ika dan Nasionalisme

Teknologi komunikasi kini telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern yang menggunakan media massa, internet ataupun teknologi sebagai media peperangan tersebut. Sasarannya tentu saja ada pada ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, dan politik.

Dalam rangka membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi serta beragam upaya yang dilakukan untuk memecah bangsa, maka masyarakat Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila.

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah, berisi pandangan hidup, karakter, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, termasuk Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila adalah semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.

Bhinneka Tunggal Ika secara tidak langsung merupakan gambaran nasionalisme bangsa Indonesia. Makna Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip warga negara Indonesia untuk membangun nasionalisme. Berikut ini beberapa diantaranya unsur-unsur yang membentuk nasionalisme:

1. Kesatuan Sejarah

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

2. Kesatuan Nasib

Bangsa Indonesia terbentuk karena kesamaan nasibnya yaitu merasakan penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad lamanya hingga kemudian memperjuangkan kemerdekaaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan dalam bentuk kemerdekaan.

3. Kesatuan Wilayah

Bangsa Indonesia hidup di wilayah Indonesia, tersebar masyarakatnya dari sabang sampai ke merauke. Kesatuan asas kerohanian bangsa sendiri sebagai salah satu cita-cita, filsafat dan pandangan hidup yang berakar pada pandangan hidup Pancasila.

4. Kesatuan Kebudayaan

Walau bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan mulai dari rumah adat pakaian adat, acara adat, Bahasa dan keanekaragaman lainnya namun keseluruhannya merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional kesatuan republik Indonesia.

E. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66/1951. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri, Sukiman Wirjosandjojo. Bhinneka Tunggal Ika Tertuang dalam Pasal 5 yang berbunyi,

“Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno berbunyi: Bhinneka Tunggal Ika.

Penjelasan dari Pasal 5 tersebut adalah perkataan Bhinneka sebagai gabungan dua perkataan: bhinna dan ika. Kalimat seluruhnya tersebut kemudian dapat disalin menjadi ‘berbeda-beda tetapi tetap satu jua’.

Berikut ini penerapan Bhinneka Tungga Ika dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara kita:

1. Perilaku Inklusif

Implementasi pertama adalah bahwa seseorang diharuskan tidak melihat dirinya lebih diutamakan dari kepentingan yang lain. Sama halnya dengan kelompok, dimana kepentingan bersama lebih diutamakan dari kepentingan pribadi atau golongan.

2. Mengakomodasi Sifat Pluralistik

Ditinjau dari pada keanekaragamannya, maka sudah sepatutnya jika Indonesia menjadi bangsa dengan tingkat pluralistik terbesar di dunia. Hal ini pulalah yang menjadikan bangsa Indonesia disegani oleh bangsa lain. Namun jika tidak dipergunakan secara bijak besar kemungkinan terjadinya disintegrasi dalam bangsa. Ras, Budaya, Suku Bahasa, Agama, dan adat, bangsa Indonesia.

Dengan lebih memahami mengenai keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia melalui buku Guys, Indonesia Tuh Bineka, Loh! Grameds akan lebih memahami perkembangan masyarakat yang sangat dinamis dan terhindar dari kesalahpahaman serta konflik yang terjadi karena perbedaan.

3. Tidak Menang Sendiri

Perbedaan pendapat sesungguhnya merupakan hal yang lumrah, apalagi pada sistem demokrasi. Sistem tersebut kemudian menuntut rakyat bebas mengungkapkan pendapat masing-masing.

Dengan begitu implementasi dari prinsip Bhinneka Tunggal Ika maka seseorang diharuskan untuk saling menghormati satu pendapat dan pendapat lainnya. Perbedaan pendapat tidak perlu dibesar-besarkan, namun harus dicari titik temu yang mengedepankan kepentingan bersama. Jauhkan sifat divergen dan terapkan sifat yang konvergen ke dalam hidup berbangsa dan bernegara.

4. Musyawarah untuk Mufakat

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dengan adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, maka jika terdapat perbedaan yang ada pada antar kelompok maupun pribadi wajib dicari solusinya secara bersama-sama dengan musyawarah.

Seperti halnya dengan prinsip common denominator atau yang dikenal dengan mencari inti kesamaan. Hal ini kemudian juga sebaiknya diterapkan dalam melakukan musyawarah untuk mufakat. Dengan adanya beragam gagasan yang semuanya kemudian dirangkum menjadi satu kesepakatan. Dengan begitu kesepakatan disini bertujuan untuk mencapai mufakat pada pribadi maupun kelompok.

Masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat adat yang secara sosiologis memiliki ikatan dalam kelompok (suku atau etnik) yang sangat kuat. Meski demikian dalam konteks ke-Indonesian, ikatan yang berupa sentimen- sentimen suku (daerah asal) atau agama ternyata dapat direduksi demi terbangunnya rasa kebangsaan.

Arus globalisasi yang kian deras telah membawa serta nilai-nilai baru yang tidak sepenuhnya dapat diakomodasi atau dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Nilai-nilai baru cenderung melonggarkan ikatan kebangsaan, dan mengkhawatirkan bagi masa depan persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah nasional Indonesia.

Karenanya sangat dibutuhkan upaya menyegarkan kembali pemahaman akan nilai-nilai kebangsaan yang merupakan ciri kepribadian masyarakat Indonesia.

Pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika, sebagai ajaran moral tentang sikap toleran, adil dan bergotong royong merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi nilai-nilai baru yang cenderung bergesekan.

Contoh perilaku yang mencerminkan “Bhinneka Tunggal Ika” :

  • Tidak diskriminasi terhadap siapapun
  • Berlaku adil terhadap terhadap siapapun (di sekolah, rumah, masyarakat)
  • Menghindari perkelahian/pertikaian yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
  • Saling menghormati walaupun berbeda agama, suku, ras dan budaya
  • Tidak menghina atau merendahkan orang lain
  • Hidup rukun di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
  • dll

Demikian informasi seputar Bhinneka Tunggal Ika, Semoga Bermanfaat!


Terakhir diperbaharui: Minggu, 6 Agustus 2023, 16:11